Minggu, 09 April 2017

Psikologi Pendidikan: Laporan Hasil Observasi

KELOMPOK 1
Rizki Hariani (161301089)
Chindy Dina Die (161301091)
Jocelyn (161301137)
Dina Rahmayuni (161301144)
Nayla Afifah (161301150)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama bagi calon guru, guru baru dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal.
Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yag memungkinkan peserta didi untuk belajar dengan baik. Tugas guru adalah mampu menguasai kelas secara optimal agar ia dapat mengatur peserta didik. Jika guru tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka akan timbul permasalahan-permasalahan baik itu permasalahan yang sifatnya sementara dan tidak mengganggu, hingga ke permasalahan yang serius dan terus menerus.
Kelompok peneliti akan memilih SMK Telkom Sandhy Putra Medan. SMK tersebut dipilih karena kelompok menganggap sekolah tersebut tepat dan tidak jauh dari kampus peneliti-peneliti.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah manajemen kelas yang diobservasi terlaksanakan dengan baik?
2.      Apa yang dilakukan guru dalam mengelola kelas?
3.      Apakah terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi menajemen kelas?

C.     TUJUAN OBSERVASI
1.      Untuk mengetahui proses manajemen kelas di sekolah.
2.      Untuk mengetahui teori belajar, motivasi, orientasi belajar, dan manajemen  kelas.
3.      Untuk mengetahui sejauh mana manajemen kelas berperan dalam pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    LANDASAN TEORI MANAJEMEN KELAS
Keterampilan mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang bertujuan untuk mewujudkan dan mempertahankan suasana pembelajaran yang optimal, artinya kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampauan profesional guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan menciptakan disiplin belajar secara sehat.

Kondisi hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen. Kedudukan dan peran guru sering dianggap sebagai komponen yang paling bertanggungjawab di dalam sistem pendidikan. Rochman Natawijaya mengutip pendapat C.E Beeby yang menonjol dua kelompok tentang faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, yakni: faktor sosial, ekonomi, dan administratif di satu pihak dan pihak lain adalah faktor profesional (Beeby : 29, 35 dalam Natawijaya : 1991).

Guru memilki porsi terbesar dalam pemberian kontribusinya terhadap mutu pendidikan. Dengan demikian merupakan suatu hal yang mutlak bagi  setiap guru untuk memiliki kemampuan-kemapuan yang dituntut oleh profesinya tersebut. Sejalan dengan itu, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1998: 213) mengatakan bahwa: “Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran. Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru yang mampu mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa peserta didik  mencapai tujuan-tujuan itu, guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau klasifikasi profesional. Karena melalui kemampuan-kemampuan tersebut guru melaksanakan peranan-peranannya.”

Perlunya kemampuan mengelola kelas yang dimiliki oleh seorang guru karena pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif maupun psikomotorik. (Sunaryo dan Nyoman, 1996: 75).

Sunaryo dan Nyoman Dantes (1996/a1997a:75) menyebutkan: “Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam dampak langsung atau dampak instruksional dan dampak tak langsung atau dampak kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan semula. Sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh dari atau terjadi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar.”

Tampak jelas bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang tidak semata-mata memberikan dampak instruksional, tetapi juga memberikan dampak iringan positif.

B.     LOKASI DAN WAKTU OBESRVASI
Untuk tugas Psikologi Pendidikan kali ini, kelompok kami mendapat bagian mengobservasi sekolah menengah kejuruan. Lokasi yang kami ambil untuk melakukan observasi adalah Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandy Putra Medan, atau biasa disingkat SMK Telkom Sandhy Putra. Sekolah tersebut terletak di Jalan Jamin Ginting Nomor 9c, Simpang Selayang, Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara.

SMK Telkomsel Sandhy Putra Medan berpredikat sebagai sekolah yang bertaraf internasional dan berstandar ISO 9001. Sekolah menengah kejuruan ini dikatakan sebagai sekolah kejuruan terbaik yang berada di Medan atau digolongkan sebagai sekolah terbaik di Indonesia karena akreditasi sekolah ini sudah mencapai A. Dalam menerapkan sistem pembelajaran, sekolah ini mengikuti kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah yakni kurikulum 2013.

Terdapat empat jurusan kelas pada Sekolah Menengah Kejuruan Sandhy Putra Medan, yakni: Multimedia, Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Teknik Akses. Jurusan yang paling diminati di sekolah ini adalah Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Kemudian agar dapat bersekolah di SMK tersebut, terdapat beberapa jalur masuk. Jalur masuk yang pertama adalah melalui Tes Mandiri. Kemudian ada pula JPA Akademik, jalur masuk ini melalui nilai-nilai raport akademik calon siswa. Yang ketiga adalah jalur masuk dengan Tes Tulis. Serta jalur yang terakhir melalui try out, SMK ini kerap kali mengadakan try out ke sekolah-sekolah, apabila ada calon siswa yang hasil try out-nya memenuhi syarat, maka jika calon siswa itu ingin mendaftar  ke SMK Sandhy Putra Medan dia tidak perlu mengikuti tes kembali.

Kami mengobservasi sekolah tersebut pada hari Sabtu, 1 April 2017. Lama waktu yang kami lakukan untuk melakukan observasi adalah 4 jam, dimulai dari pukul 08.30 hingga pukul 11.30 Waktu Indonesia Barat. Dikarenakan jumlah seluruh anggota kelompok yang tidak memungkinkan untuk mengobservasi satu kelas, anggota kami dibagi menjadi dua sub-kelompok dan mengobsevasi dua kelas dengan jurusan yang berbeda. Dua kelas yang kami observasi adalah kelas sepuluh/ satu SMK berjurusan Rekayasa Perangkat Lunak dan Teknik Komputer dan Jaringan.
lokasi : depan gedung C SMK Telkomsel Sandhy Putra Medan

C.     SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian untuk tugas Psikologi Pendidikan mengobservasi manajemen kelas tak lain ialah siswa, siswi, beserta guru yang mengampu pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Telkom Sandhy Putra Medan. Di sekolah tersebut kami dibagi untuk mengobservasi dua kelas karena jumlah anggota yang terlalu banyak untuk mengobservasi satu kelas. Hal tersebut ditakutkan akan mengganggu konsentrasi belajar para peserta didik. 


Kelas pertama yang diobservasi oleh empat orang anggota kami adalah kelas 10 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Sedang kelas yang kedua, diobservasi oleh tiga orang anggota kelompok lainnya, adalah kelas 10 jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

D.    OBJEK PENELITIAN
Objek yang diteliti dari siswa-siswi dan juga guru adalah manajemen kelas pada Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan. Manajemen kelas tersebut dapat dilihat dari bagaimana suasana ruang kelas untuk belajar, metode yang digunakan oleh guru-guru untuk pembelajaran, stimulus motivasi belajar yang diberikan guru, media yang digunakan dalam pembelajaran, serta bagaimana reaksi siswa dan sisiwi di sana dalam mengikuti proses belajar-mengajar.

E.     VARIABEL OBJEK
Dari observasi yang dilakukan oleh kelompok kami mengenai manajemen kelas Sekolah Menegah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan, maka dapat variabel yang dapat diambil ialah:

1.      Variabel Bebas
Variabel bebas dari observasi tersebut adalah suasana ruang belajar, metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, stimulus motivasi belajar dari guru, media yang digunakan dalam pembelajaran.

2.      Variabel Terikat
Variabel terikat pada observasi ini adalah respon atau siswa terhadap proses belajar mengajar, apakah peserta didik merespon kegiatan belajar mengajar dengan antusias sehingga mengalami peningkatan prestasi dan nilai. Atau justru peserta didik tidak terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran dan dapat menyebabkan penurunan prestasi dan nilai pada peserta didik.

F.      MANFAAT OBSERVASI
Manfaat yang bisa didapat dari melakukan observasi manajemen kelas pada Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan adalah untuk mengetahui bagaimana suatu isntansi sekolah melakukan manajemen terhadap kelas yang mereka ampu.
Manajemen kelas sangat berguna dalam membangun proses belajar-mengajar yang baik antara peserta didik dan pengajar. Apabila manajemen kelas dilakukan dengan baik, maka hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar serta juga meningkatkan prestasi dan nilai-nilai belajar.

Observasi ini juga sangat membantu dalam memperbaiki manajemen kelas yang kurang terorganisir dengan baik, sehingga instansi sekolah dapat mengoptimalkan manajemen kelas untuk peningkatan proses belajar-mengajar.

G.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA 
Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data adalah melalui observasi. Kelompok kami mengobservasi bagaimana cara siswa-siswi dan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Telkomsel Sandhy Putra Medan memanajemen kelas tersebut untuk proses belajar-mengajar. Tak luput mengobservasi bagaimana guru-guru yang mengampu pelajaran menyampaikan pelajarannya dan metode apa yang digunakan untuk menarik perhatian peserta didik dalam belajar. Kami juga mengamati reaksi-reaksi yang dilakukan para peserta didik saat melakukan proses belajar-mengajar.

Untuk melengkapi serta menambah informasi, teknik pengambilan data lainnya yang kelompok kami lakukan adalah dengan teknik wawancara. Kami mewawancarai tentang manajemen kelas melalui tiga sudut pandang, sudut pandang guru yang mengampu mata pelajaran, sudut pandang siswa yang duduk di depan, dan sudut pandang siswa yang duduk di belakang. 



BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
Teknik dalam pengambilan data yang kami gunakan adalah teknik observasi serta wawancara. Observasi kami lakukan dengan mengamati langsung bagaimana suasana dan proses belajar-mengajar di ruang kelas SMK Sandhy Putra Medan. Subjek-subjek yang kami amati berada di dua kelas yang berbeda serta jurusan yang berbeda pula, yakni kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Kemudian teknik pengambilan data lainnya yang digunakan adalah teknik wawancara. Terdapat tiga subjek yang diwawancarai, masing-masing memiliki sudut pandang berbeda. Subjek-subjek yang diwawancarai adalah guru pengampu mata pelajaran, siswa yang duduk di bagian belakang, serta siswa yang duduk di bagian depan.

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, maka dapat diambil informasi mengenai manajemen kelas pada SMK Sandhy Putra Medan, sebagai berikut:
1.      Suasana Ruang Kelas
Kelompok kami dibagi untuk mengamati dua ruang kelas yang berbeda. Pada kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), suasana ruang kelasnya cukup kondusif dan nyaman dengan ruang kelas yang cukup luas,jendela dan ventilasi yang memadai serta pencahayaan dari jendela yang terbuka dan lampu yang terdapat di dalam kelas tersebut. Di dalan kelas 10 RPL,terdapat 1 buah kipas angin besar yang terdapat pada bagian belakang kelas tetapi tidak digunakan.Kami juga melihat beberapa sapu dan kardus berada di sudut belakang kelas yg kurang tertata dengan rapi.
Suasana ruang kelas pada saat guru mengajar cukup tertib. Anak-anak belajar menggunakan infokus untuk melihat slide materi dari gurunya. Pada saat kami memasuki kelas,anak-anak sudah diberi tugas oleh gurunya untuk dikerjakan langsung pada saat itu juga. Ada yang benar-benar serius dalam mengerjakan, ada juga yang cukup santai dan tenang sembari mengobrol dengan teman sebangkunya. Setelah tugas dikumpulkan,barulah bapak guru tersebut mulai menjelaskan materi.
Jumpah siswa dalam kelas ini berjumlah 36 orang dengan laki-laku berjumlah 30 orang dan perempuan berjumlah 6 orang. Jumlah siswa di dalam kelas ini memamng di dominasi oleh anak laki-laki.

Sedang pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), suasana kelasnya cukup nyaman untuk proses belajar-mengajar. Suasana kelas tersebut sejuk, terdapat cukup banyak ventilasi udara yang terbuka, sehingga memungkinkan udara untuk masuk menyejukkan ruang kelas tersebut.

Pencahayaan di kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan pun sangat cerah, memudahkan peserta didik dalam membaca buku, tanpa harus menghidupkan lampu ruangan. Hal ini dikarenakan cahaya banyak masuk melalui jendela-jendela di ruangan kelas itu. Kelas tersebut pun menghadap ke luar halaman, memudahkan cahaya masuk tanpa terhalangi oleh tembok atau pohon-pohon.

Agar peserta didik merasa lebih nyaman dalam belajar-mengajar, kesejukan ruang kelas tidak hanya mengandalkan udara yang masuk melalui ventilasi. Kelas tersebut juga dilengkapi dua buah kipas angin besar. Namun, kipas yang dinyalakan hanya satu buah saja, sehingga terkadang peserta didik juga merasa gerah.

Jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak 40 orang. Dengan murid laki-laki berjumlah 30 orang, dan murid perempuan hanya berjumlah 10 orang. Jumlah siswa di kelas ini tidaklah banyak sehingga membuat para siswa tidak perlu berdesakan untuk duduk, dan ruang kelas tidak terasa penuh karenanya.

Para peserta didik duduk  pada meja serta bangku sebanyak empat baris. Meja dan bangku yang digunakan siswa dalam belajar sangat nyaman digunakan. Meja-meja tiap siswa tidak bertekstur kasar, para siswa pun akan mudah dalam menulis menggunakan meja seperti itu. Bangku-bangku yang disediakan untuk peserta didik juga terbilang bangku yang bagus. Terdapat bantalan pada bangku-bangku tersebut juga pada sandarannya, hal ini akan membuat siswa-siswa nyaman mendudukinya dan memudahkan siswa dalam belajar.

Kelas tersebut pun dilengkapi beberapa alat-alat yang digunakan dalam proses belajar-mengajar seperti pengeras suara (speaker) untuk memberitahukan pengumuman, Proyektor Liquid Crystal Display (LCD) untuk menampilkan presentasi, juga papan tulis  putih yang menggunakan spidol agar siswa dapat melihat tulisan di depan dengan jelas.
          

2.      Sesi Pelajaran
Sesi Pembelajaran yang dilakukan pada tiap-tiap kelas, atau bahkan tiap hari berbeda. Satu mata pelajaran bisa terdiri dari dua, tiga, atau bahkan sampai empat sesi. Dalam satu hari, terdapat sekitar tiga sampai empat mata pelajaran yang dipelajari, akan tetapi jumlah sesinya bisa mencapai sepuluh sesi pelajaran. Untuk sesi terlama, yakni empat sesi, biasanya digunakan untuk praktik di laboratorium. Hal ini dikarenakan, materi praktik membutuhkan waktu yang lebih lama agar siswa dapat menguasai materi yang diberikan.

3.      Metode Pembelajaran
Di dua kelas yang kami amati memiliki metode pembelajaran yang perbeda. Guru pengampu pelajaran di kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), biasa menggunakan metode ceramah, metode tanya-jawab, kemudian juga terdapat metode diskusi.  Metode diskusi biasanya digunakan agar para peserta didik lebih belajar untuk bekerja sama. 

Kemudian pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), guru yang mengampu mata pelajarannya biasa menggunakan metode ceramah yang sesekali diselingi dengan pemberian contoh. Agar siswa dapat lebih mengerti, guru tersebut pun mengajak siswa untuk praktik membuat contoh lainnya di depan kelas.

Tidak hanya sampai sebatas itu, guru tersebut juga memberikan latihan soal kepada murid-murid lainnya, yang tidak berkesempatan maju ke depan kelas, untuk membuat contoh mereka sendiri dan ditulis pada buku latihan.

Meskipun di awal proses pembelajaran guru tersebut sudah memberikan contoh, ditambah contoh lainnya dari murid yang maju ke depan kelas, pada beberapa siswa masih ada yang belum memahami sepenuhnya materi yang disampaikan sebelumnya. Sehingga guru tersebut membantu siswa yang belum mengerti dengan cara mengecek satu per satu pekerjaan peserta didik. Guru tersebut memberikan pembetulan pada pekerjaan peserta didik yang salah. Guru tersebut juga menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari siswanya dalam mengerjakan latihan mereka. Cara ini dilakukan oleh guru tersebut dengan tujuan agar pemahaman materi yang disampaikan merata pada seluruh siswa, tidak hanya dipahami oleh beberapa siswa saja.

Sesekali guru akan menggunakan metode diskusi berkelompok. Guru akan mengelompokkan siswa yang lebih dalam pemahamannya mengenai materi yang disampaikan, dengan siswa yang kurang tanggap dalam proses belajar-mengajar. Hal ini dimaksudkan, agar siswa yang lebih menguasai membantu siswa lainnya yang kurang mengerti materi pelajaran. Jika ada kesulitan dalam diskusi kelompok tersebut, guru pun akan senantiasa membantu.   

Lalu, apabila guru tersebut berhalangan untuk hadir, cara yang dilakukan untuk mengatasi agar proses belajar-mengajar tetap berlangsung adalah dengan menghubungi staf untuk mengerjakan soal-soal di buku. Soal-soal yang diberikan tentunya materi yang sudah diajarkan, bukan materi baru, sehingga para siswa pun akan leluasa mengerjakan soal tersebut. Kemudian, cara lainnya untuk bisa mengatasi halangan hadir tersebut adalah dengan memberikan bahan materi pada siswa yang rumahnya dekat dengan guru, siswa tersebut bisa membagikan bahan untuk dipelajari siswa-siswa lainnya saat guru tidak dapat hadir.  

4.      Stimulus Motivasi yang Diberikan Guru
Cara guru pengampu pelajaran di dua kelas yang kami amati pun juga berbeda. Pada kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), guru tersebut menambah motivasi peserta didik dalam belajar dengan cara memberikan pekerjaan rumah (PR). Pemberian pekerjaan rumah tersebut dilakukan dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pelajaran meskipun hanya sedikit. Pekerjaan rumah diharapkan menjadikan murid  dapat menyimpan materi pelajaran di otak dan dipahami dengan baik.

Sedang pada guru pengampu pelajaran di kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan, pemberian motivasi untuk meningkatkan semangat belajar siswa biasanya diberikan di awal pelajaran. Guru tersebut memotivasi siswa dengan cara bercerita mengenai orang-orang yang sukses dalam berusaha dan belajar mereka. Kemudian, guru juga memotivasi para siswa dengan mengingatkan peran orang tua. Guru tersebut akan bercerita mengenai jerih-payah yang dilakukan orang tua siswa agar mereka dapat menuntut ilmu, agar mereka dapat bersekolah. Guru mengingatkan sudah sepatutnya jerih-payah orang tua siswa dihargai dengan belajar yang giat dan memanajemen waktu yang baik.

Kemudian pemberian motivasi juga dilakukan oleh guru tersebut di tengah-tengah proses pembelajaran. Ketika siswa-siswa diberi kesempatan untuk maju ke depan menuliskan contoh, guru tersebut juga akan memuji hasil pekerjaan para siswa meskipun masih ada beberapa pekerjaan yang salah. Guru tersebut juga mengatakan kepada siswa-siswanya bahwa mereka pasti bisa untuk memahami materi pelajaran, asal mereka mempunyai niat untuk berusaha.


5.      Respon Para Siswa Selama Proses Belajar Mengajar
Pada kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) respon siswa selama proses belajar mengajar cukup baik. Pada les pertama dan kedua, saat guru mengajar dan sesekali melempar pertanyaan kepada siswa, beberapa orang cukup antusias mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari gurunya. Beberapa masih terlihat malu atau ragu sehingga gurunya sendiri yang menunjuk siapa yang akan menjawab pertanyaannya. Sebagian besar siswa menjawab dengan benar pertanyaan gurunya tersebut dan hanya 1 orang saja yang tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya.
Para siswa juga memerhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan meskipun beberapa orang yang duduk pada bangku paling belakang terlihat sedang memainkan laptopnya ataupun sesekali mengobrol dengan teman sebangkunya.
Pada les ketiga, guru yang lain masuk dan memulai pelajaran bahasa inggris. Hal pertama yang dilakukan adalah mereka diminta untuk menyerahkan pekerjaan rumah (PR) mereka kedepan, para siswa langsung menyerahkan tugas tersebut dan langsung diperiksa oleh gurunya. Hal yang kedua adalah guru mengembalikan hasil ujian bahasa Inggris mereka minggu lalu. Satu per satu maju ke depan untuk mengambil hasil ujian mereka. Kami melihat beberapa respon yang berbeda seperti senang, bingung, sedih dan ada yang bersikap biasa saja setelah melihat nilai mereka. Beberapa orang anak pun terpaksa remedial karena nilai mereka tidak memenuhi standar.
Terakhir, guru pun memulai materinya tentang “Present Perfect Tense “ kepada murid-muridnya. Antusias yang cukup besar kami lihat dari anak-anak pada saat pembelajaran tersebut. Walaupun tetap saja ada beberapa orang yang terlihat tidak terlalu peduli dengan nateri dan penjelasan dari gurunya tersebut.

Kemudian pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), siswa-siswanya memerhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru secara saksama. Meskipun sesekali beberapa siswa yang duduk di bangku belakang bermain-main, tapi para siswa tersebut tetap memerhatikan penjelasan guru dengan baik tanpa bersuara dengan keras ataupun mengganggu penjelasan yang disampaikan guru.

Siswa-siswa tersebut juga mendengarkan apa yang disuruh oleh guru mereka dengan baik. Guru tersebut menyuruh sebagian siswa yang duduk di belakang memindahkan tempat duduk mereka untuk sementara, agar kami yang datang mengobservasi mereka dapat duduk dengan nyaman pula. Perintah tersebut langsung dilaksanakan oleh siswa-siswanya dengan baik, tanpa ada keluhan sedikitpun.

Hanya saja, beberapa siswa masih kurang antusias untuk berpartisipasi ketika guru mengajak siswanya untuk maju ke depan memberikan contoh. Beberapa siswa juga terlihat sesekali memainkan handphone (hp) juga laptop secara diam-diam, ketika guru masih menerangkan materi pelajaran.

Akan tetapi, para siswa terlihat antusias saat mengerjakan tugas latihan yang diberikan guru. Beberapa siswa yang belum memahami sepenuhnya materi pelajaran, nampak aktif untuk bertanya kepada guru. Seluruh siswa, bahkan yang duduk di bangku belakang sekalipun, aktif mengerjakan soal latihan mereka tanpa ada yang mengabaikan latihan dengan bermain-main.

Siswa-siswa di kelas tersebut juga memiliki karakter yang ramah, beretika, serta sopan dan santun. Tanpa harus disuruh atau diaba-abakan oleh guru, siswa-siswa tersebut langsung duduk, memerhatikan, dan mendengarkan dengan saksama orang yang berbicara di depan kelas.       

6.      Metode Penilaian oleh Guru
Guru pengampu mata pelajaran di kelas 10 Rekayasa Perangkat Lunka (RPL) biasanya menilai kinerja para siswa melalui nilai pengetahuan, maksudnya ialah dengan menilai bagaimana interaksi siswa dan guru dalam kelas. Kemudian guru juga menetapkan nilai berdasarkan tingkah laku para siswa, seperti bagaimana kesopanan dan kesantunan siswa di kelas maupun di sekolah.

Pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), guru pengampu pelajaran memberikan penilaian kinerja peserta didik dengan beberapa cara. Pertama adalah melalui aktivitas di ruang kelas seperti bagaimana peserta didik aktif dalam berpartisipasi maju ke depan, bertanya, berdiskusi, dan mengerjakan tugas. Peserta didik juga dinilai melalui keterampilan-keterampilan membuat kreasi mereka, sehingga penilaian tidak mutlak hanya berdasarkan ujian-ujian saja.

Aktivitas di ruang kelas tersendiri dinilai oleh guru tersebut sebagai suatu hal yang spontan dilakukan, yang tidak dapat ditiru oleh orang lain atau tidak bisa meniru orang lain. Jikalau hanya memberikan penilaian melalui pekerjaan rumah saja, maka pekerjaan tersebut masih dapat ditiru oleh yang lainnya. Akan tetapi, perilaku dan aktivitas para siswa kesehariannya adalah suatu ciri khas pribadi yang tidak mungkin dapat ditiru oleh orang lain.

7.      Media yang Digunakan dalam Proses Belajar-Mengajar
Media-media yang biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar pada dua kelas hampir sama yakni menggunakan Proyektor Liquid Cryztal Display (LCD). Kemudian juga sesekali media yang digunakan adalah pengeras suara (speaker) untuk lebih memahami pelajaran bahasa dengan mendengarkan percakapan dari pengeras suara. Buku juga digunakan sebagai media pembelajaran yang paling utama bagi peserta didik.

Pada kelas 10 Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), guru pengampu pelajaran juga memperbolehkan siswa-siswanya untuk membuka kamus bahasa ataupun menggunakan kamus elektronik melalui handphone (hp). Penggunaan laptop dan komputer pada siswa juga diperbolehkan, terutama dalam membuat presentasi dan praktik komputer.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur, atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi pada saat ini. Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik menurut tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan susana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif.
Keaktifan siswa dalam proses belajar dipengaruhi dari sistem manajemen kelas yang dipilih oleh guru dan bagaimana cara guru membuat siswa tertarik dalam mengikuti pelajaran, disiplin dan bertanggung jawab dalam menyelelesaikan tugas mereka. Jika siswa menyenangi pelajaran yang diberikan oleh guru, maka siswa akan semangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga guru harus bisa memahami kondidi belajar maupun siswa yang akan diajar. Sehingga siswa bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Metode yang digunakan guru pada sekolah ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok (pada tugas kelompok) agar mereka dapat bekerja sama satu sama lain. Suasana kelas ikut mendukung sistem manajemen kelas ini. Kelas yang aman, nyaman, dan bersih dapat membuat mereka menjadi tertib, kreatif, dan lebih fokus pada saat proses pengajaran. Semua siswa yang diobservasi terlihat sangat aktif dalam pengerjaan tugas mereka. Guru telah melakukan sistem manajemen kelas dengan baik.
B.     Saran
Dalam menentukan sistem manajemen kelas, guru harus mempertimbangkan apa saja yang dapat dilakukan oleh siswa. Guru harus membuat materi pembelajaran lebih menarik, sehingga bisa membuat siswa tertarik dalam mengikuti proses belajar.
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu, guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar lebih menyenangkan, efektif, dan efisien dapat terlaksana dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA


Testimoni Perkuliahan

Mata kuliah Psikologi Pendidikan bagi saya sendiri sangat bermanfaat, karena mata kuliah ini mempelajari lingkup yang lebih luas lagi mengenai pendidikan khususnya dalam bidang psikologi. Penyampaian materi yang dilakukan oleh dosen di dalam kelas sangat baik dan menyenangkan, sehingga tidak membuat murid merasa bosan, ngantuk, atau bahkan merasa takut kalau-kalau disuruh menjawab pertanyaan yang diberi dosen. Bukannya takut, tapi mahasiswa/mahasisiwi akan bersemangat ketika menjawab pertanyaan. Karena pada salah satu dosen yang mengajar, ketika kita bisa menjawab pertanyaan yang diberikan maka kita akan diberi coklat sebagai 'hadiah' nya yang akan membuat mahasiswa/mahasiswi berlomba untuk menjadi lebih aktif dalam kelas.

Tidak hanya itu saja, secara keseluruhan mata kuliah Psikologi Pendidikan memang menyenangkan dan menarik, terlepas dari apapun itu. Terlebih ketika mendapatkan tugas untuk melakukan observasi di sekolah, saya merasa senang karena ini merupakan kali pertama saya melakukan kegiatan observasi langsung dengan mengamati kejadian-kejadian dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Semoga kedepannya mata kuliah ini tetap menjadi mata kuliah yang menyenangkan dengan penyampaian-penyampaian materi yang juga semakin menarik, sehingga bisa semakin meningkatkan minat saya dan mahasiswa/mahasiswi lainnya. 

Sabtu, 08 April 2017

Psikologi Pendidikan: Pendidikan Multikultural

Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan kelompok minoritas (Bennett, 2003; Pang, 2001; Schmidt & Mosenthal, 2001). Pendidikan multikultural muncul dari gerakan hak-hak sipil pada 1960-an dan gerakan untuk pemerataan kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat untuk wanita serta orang Kulit Berwarna. Pendidikan multikultural mencakup isu-isu yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. 

Karena keadilan sosial adalah salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya (Banks, 2001). Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplementasikan guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negatif dan stereotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua kelompok etnis. 

Memberdayakan Murid
Istilah pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil. Menurut pandangan ini,  sekolah harus memberi murid kesempatan untuk belajar tentang pengalaman, perjuangan, dan visi dari berbagai kelompok kultural dan etnis yang berbeda-beda (Banks, 2001, 2002, 2003). Harapannya adalah hal ini akan meningkatkan rasa harga diri minoritas, mengurangi prasangka, dan memberikan kesempatan pendidikan yang lebih setara.

Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Pengajaran yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari pendidikan multikultural (Gay, 2000; Irvine & Armento, 2001). Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar (Pang, 2001). 

Pendidikan yang Berpusat Pada Isu
Dalam pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid. 

Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
Ada sejumlah strategi dan program untuk meningkatkan hubungan antar anak-anak dari kelompok etnis yang berbeda-beda:
  • Kelas Jigsaw
Kelas jigsaw merupakan kelas di mana murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama. Terkadang strategi kelas jigsaw ini dideskripsikan sebagai upaya menciptakan tujuan utama atau tugas bersama untuk murid. 
  • Kontak Personal dengan Orang Lain dari Latar Belakang Kultural yang Berbeda
Kontak itu sendiri tidak selalu berhasil meningkatkan hubungan. Hubungan meningkat ketika murid saling berbicara satu sama lain tentang kecemasan mereka, kesuksesan mereka, kegagalan mereka, strategi mereka untuk mengatasi masalah, minat mereka, dan sebagainya. 
  • Pengambilan Perspektif
Latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perspektif orang lain dapat meningkatkan relasi antar-etnis. Dalam satu latihan, murid-murid belajar perilaku tertentu yang tepat dari dua kelompok kultural yang berbeda (Shirts, 1997). Kemudian, kedua kelompok itu berinteraksi satu sama lain sesuai dengan perilaku tersebut. Hasilnya, mereka merasakan kegelisahan sekaligus pemahaman. Latihan ini di desain untuk membantu murid memahami gegar budaya yang muncul sebagai akibat dari berada di setting kultural dimana orang berperilaku dengan cara yang berbeda dengan yang biasa dilakukan murid.
  • Pemikiran Kritis dan Inteligensi Emosional
Murid yang belajar berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar-etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan tak lagi menstereotipkan orang lain. Intelegensi emosional bermanfaat bagi hubungan antar-etnis. Kecerdasan emosional berarti punya kesadaran diri tentang emosi, mengelola emosi, membaca emosi, dan menangani hubungan. 
  • Mengurangi bias
Berikut ini beberapa strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru:
- Ciptakan lingkungan kelas antibias dengan memasang gambar anak dari berbagai latar belakang etnis dan kultural.
- Pilih materi drama, seni, dan aktivitas kelas yang memperkaya pemahaman etnis dan kultural.
- Gunakan boneka "persona" untuk anak kecil.
- Bantu murid menolak stereotip dan diskriminasi.
- Ikutlah dalam aktivitas peningkatan kesadaran untuk memahami pandangan kultural Anda sendiri secara lebih baik dan untuk menangani stereotip atau bias yang mungkin Anda miliki.
- Bangun dialog guru/orang tua yang membuka diskusi tentang masing-masing pandangan; lakukan tukar-menukar informasi tentang bagaimana anak mengembangkan prasangka; dan beri tahu orang tua tentang kurikulum antibias.
  • Meningkatkan Toleransi
Teaching Tolerance Project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan pemahaman antarkultur dan hubungan antara anak Kulit Putih dengan Kulit Berwarna (Heller & Hawkins, 1994). Tujuan majalah ini adalah untuk berbagi pandangan dan menyediakan sumber materi untuk mengajar materi toleransi. 
  • Sekolah dan Komunitas sebagai Satu Tim
Psikiater dari Yale, James Comer (1988; Comer, dkk., 1996) percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak. Program Coper menekankan pendekatan no-fault (yaitu fokus pada pemecahan masalah, bukan saling menyalahkan), tidak ada keputusan kecuali melalui konsensus dan tidak ada "paralysis" (yakni, tak ada suara tidak setuju yang bisa menghadang keputusan mayoritas). 

Isu Apakah Inti Nilai "Putih" Mesti Diajarkan atau Tidak
Beberapa pendidik menentang penekanan pada pemberian informasi tentang kelompok etnis yang berbeda melalui kurikulum sekolah. Mereka juga menentang pendidikan etnosentris yang menekankan pada kelompok minoritas non-Kulit Putih. Dalam salah satu proposal, Arthur Schlesinger (1991) mengatakan bahwa semua murid seharusnya diajari seperangkat nilai inti, yang menurutnya berasal dari tradisi Anglo-Protestan Kulit Putih. Dalam proposal lainnya, E.D. Hirsch (1987) menekankan agar semua murid diajari inti pengetahuan kultural umum untuk memastikan agar mereka menjadi "melek budaya". 
Jadi, pendidikan multikultural dikritik oleh orang yang berpendapat bahwa semua anak seharusnya diajari satu nilai inti bersama, terutama nilai Anglo-Protestan Kulit Putih. Namun, pendukung pendidikan multikultural tidak menentang pengajaran nilai inti seperti itu selama ia tidak keseluruhan kurikulum. 

Sumber :
Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Psikologi Pendidikan: Motivasi

Motivasi

Apakah motivasi itu? Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dia punya motivasi besar. 

Perspektif tentang Motivasi
  1. Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan tugas dengan baik. Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik.

     2.  Perspektif Humanistis

Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :
            - Fisiologis: lapar, haus, tidur
            - Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
            - Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain
            - Harga diri: menghargai diri sendiri
            - Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. 

    3. Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.

    4. Perspektif Sosial

Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. 

Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
  1. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Ada dua jenis motivasi intrinsik: (1) motivasi intrinsik dari determinasi diri dan pilihan personal dan (2) motivasi intrinsik dari pengalaman optimal.
  • Determinasi Diri dan Pilihan Personal
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. 
  • Pengalaman Optimal
Mihaly Csikszentmihalyi (1990, 1993, 2000; Nakamura & Csikszentmihalyi, 2002) menggunakan istilah flow untuk mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup. Dia menemukan bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Dia mengatakan bahwa pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tak terlalu mudah.

Sumber :
Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group